Dr. sutoyo M.Si atau yang akrab dipanggil Kang Yoto
merupakan eks bupati Bojonegoro dua periode yang menjabat pada tahun 2008-2013
dan 2013-2018. Beliau lahir pada 17 februari 1965 di Bojonegoro, Jawa Timur. Pertama
kali mengawali pendidikan disekolah dasar pada tahun 1977, lalu melanjutkan ke
Madrasah Tsanawiyah At-Tanwir Talun, Bojonegoro tahun 1981, Madrasah Aliyah
At-Tanwir Talun, Bojonegoro tahun 1985, kemudian melanjutkan pendidikan S1 di
perguruan tinggi IAIN Malang jurusan Pendidikan Bahasa Arab, lalu S2 di UMM
dengan jurusan Sosiologi.
Waktu menjabat sebagai bupati Bojonegoro dulu, kang
Yoto dikenal sarat dengan prestasinya dalam memimpin kabupaten Bojonegoro. Selama
hampir sepuluh tahun menjabat, berbagai trobosan ia lakukan dalam membangun dan
mengelola kabupaten Bojonegoro. Kabupaten Bojonegoro yang awalnya dikenal
sebagai daerah miskin, berkalang hutang, intoleran, dan langganan banjir. Namun
kini pertumbuhan ekonominya sudah melebihi 10 persen. Dari segi reformasi
birokrasi Bojonegoro juga jadi percontohan nasional, dari segi transparansi dan
inovasi bahkan sejajar dengan kota-kota besar di eropa. Dengan semua
keberhasilan Kang Yoto dalam mengentaskan kemiskinan endemic serta semua
temuannya tentang dialog generative dalam kajian disertasinya membuat dirinya
diakui sebagai satu-satunya ahli pembangunan desa di Indonesia.
Langkah pertama yang dilakukan Kang Yoto yaitu mulai
mengatasi infrastruktur khususnya jalan. Karena saat itu Bojonegoro merupakan
daerah yang sering dilanda banjir sehingga tanah gerak dan membuat jalan rusak.
Mulai dari memperbaiki jalan desa dengan cara dipaving bukan diaspal, cara ini
dilakukan karena aspal tidak dapat menyerap air dan menggunakan paving dapat
meminimalisasi biaya agar lebih terjangkau.
Selain memperbaiki infrastruktur jalan, masalah
selanjutnya yang diatasi adalah kekeringan dan kebanjiran. Kedua hal tersebut
sering melanda Bojonegoro. Untuk mengatasi kekeringan, mulai dibuat saluran
irigasi secara merata agar petani dapat mengairi lahannya. Hasilnya pun
mempengaruhi perekonomian di Bojonegoro, karena sebelumnya petani sering
mengalami kerugian akibat banjir. Namun sekarang hasil pertanian justru menjadi
meningkat karena saluran irigasi diperbaiki.
Kemudian untuk mengatasi kebanjiran, mulai dibuat
tanggul untuk menahan air dan karena sungai Bengawan Solo ketika hujan air
sering naik. Awal dibuatnya tanggul, dana Pemerintah Kabupaten sangat terbatas.
Akhirnya beliau mengadakan musyawarah bersama Kepala Desa dan TNI untuk
membicarakan serta mengajak masyarakat agar berpartisipasi dalam pembangunan
tanggul. Dengan adanya partisipasi masyarakat, proses pembangunan tanggul
menjadi sukses karena dengan adanya bantuan masyarakat dan saling berkoordinasi
dengan Pemkab membuahkan hasil.
Pemerintahan yang dipimpin Kang Yoto tentu
membuahkan hasil yang luar biasa karena gaya kepemimpinannya yang Supportive
dan beliau juga memiliki konsep yang unik yakni Politik Happy yang menurut
beliau fungsi melayani dan mendengarkan apa yang disampaikan rakyat sama halnya
ketika legislative tak mendukung sebuah kebijakan karena belum nyambung hati
antara pemerintah dan legislative. Untuk menyambungkan itu memerlukan media
yakni media saling memahami dan menerima dengan bahagia. Dengan gaya
kepemimpinan seperti inilah beliau mendapatkan simpati dan kepercayaan dari
masyarakat bojonegoro.
Kepemimpinan dari Kang Yoto ini patut dicontoh oleh
pemimpin didaerah lain karena menjadi pemimpin bukan hanya perihal janji yang
diberikan kepada rakyat, tetapi menjadi pemimpin untuk mewujudkan mimpi menjadi
visi, mengubah kepahitan masa lalu menjadi kearifan dan energy hidup, lalu
memastiakan hari ini kita mampu saling melengkapi karya untuk keberlanjutan
kesejahteraan dan kebahagiaan sesama.